Showing posts with label Laporan. Show all posts
Showing posts with label Laporan. Show all posts

Wednesday 24 August 2016

Makalah Tutorial Herpetologi Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela

Makalah Tutorial Herpetologi
Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela




Makalah Tutorial Herpetologi Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela




 













Oleh :
          Nama                 : M Nuruzzaman
 NIM                   : B1J013050
               Kelas                  : B                              















KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016


PENDAHULUAN


          Amfibi merupakan kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Hadi, 2001).
        Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap (Anwar, 1988).
         Sampai saat ini tercatat sekitar 50 spesies sesilia yang termasuk dalam ordo Gymnophiona. Sesilia dicirikan denga bentuk tubuh panjang mirip cacing dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Selatan. Alih-alih menyerupai bentuk amfibi pada umumnya, sesilia memiliki bentuk tubuh mirip belut atau cacing tanah. Sesilia hidup di bawah tanah dan di air serta memiliki tengkorak kuat yang memungkinkan mereka menggali jauh ke dalam tanah. Hidup di dalam tanah membuat sesilia jarang terlihat. Sesilia memiliki mata yang hampir tidak berfungsi, hanya seperti titik pada kepala.
       Urodela merupakan ordo dari classis Amphibia yang memiliki sekitar 500 spesies tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Urodela juga dinamakan sebagai Caudata. Istilah ‘Caudata’ berasal dari kata Latin Cauda yang berarti ekor. Ini menyiratkan bahwa spesies di bawah kategori ini memiliki ekor. Ekor Caudata hampir sama dengan panjang tubuh, dan pada beberapa spesies seperti Oedipina, memiliki ekor yang sangat panjang. Ekor yang berkembang baik memungkinkan Caudata berenang dengan baik pula. Urodela/Caudata juga memiliki empat kaki yang digunakan untuk berjalan dengan pengecualian sirene yang tidak memiliki kaki belakang. Berbeda dengan Anura, spesies ini tidak dapat melompat melainkan hanya dapat berjalan. Caudata bervariasi dalam ukuran. Andrias davidanius merupakan Caudata dengan ukuran mencapai 1,8 meter dan merupakan amfibi terbesar. Salamander, kadal air, waterdogs, mudpuppies, sirene, dan amphiuma adalah contoh spesies dalam ordo Urodela.




























PEMBAHASAN


Ordo Gymnophiona

         Gymnophiona terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
          Nama lain dari Gymnophiona adalah Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
            Ordo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
          Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom         : Animalia
Philum : Chordata
Class    : Amphibia
Order   : Gymnophiona
Family : Ichthyophiidae
            Caeciliidae
            Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae
         Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
          Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998).
Family Ichthyophiidae
       Spesies-spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
        Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
         Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Ordo Urodela
      Urodela merupakan salah satu ordo dari class Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
       Contoh dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang basah.  Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
      Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Reproduksi Urodela
Sistem Genitalia Jantan
      Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
      Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.

Pembuahan Eksternal

        Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal.
















































DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A.1988. Ringkasan Biologi. Bandung : Ganeca exact bandung.
Hadi, S. 2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131.
Anton. 2009. Biology. Academic Press. London, Pp: 336 - 345.

Silahkan download Makalah lengkapnya DISINI

Sunday 17 April 2016

Laporan Praktikum Herpetologi ( Classis Amphibia)




CLASSIS AMPHIBIA






 

Oleh :
Nama                       : M Nuruzzaman
NIM                         : B1J013050
Rombongan             : II
Kelompok                : 1
Asisten                     : Kamilah Dwi Septiani




LAPORAN PRAKTIKUM HERPETOLOGI




KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar (Jasin, 1989).
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup besar dan paling dikenal.Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas yaitu kepala, badan, dan ekor.Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak, karena mempunyai cranium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas Mamalia (Anwar, 1988).
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri.Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan.Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Hadi, 2001).
            Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda contohnya Caecilia, Urodela contohnya Salamander, dan Anura contohnya katak dan kodok (Anwar, 1988).
B. Tujuan
1.      Mengenal beberapa jenis berudu anggota ordo Anura.
2.      Mempelajari karakter penting dalam identifikasi berudu.
3.      Mengenal beberapa anggota ordo Anura.
4.      Mempelajari karakter penting dalam identifikasi anggota ordo Anura.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.Fase dewasa amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang (Anwar, 1988).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Mulai dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang berfungsi sebagai gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan katalisator. Tiap-tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan-ikatan yang lebih sederhana (Dinesh et al., 2009).
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel. Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru-paru. Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan bermacam-macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk (Anwar, 1988).
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Reproduksi eksternal dilakukan pada air dengan keadaan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya (Das and Dutta, 2006).
Amphibi dikelompokkan menjadi Caudata, Gymnophiona, dan Anura. Ordo Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.Tubuh menyerupai cacing yaitu gilig, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik..
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae (Mayr, 1969).

III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Classis Amphibia adalah bak preparat, lateks,  pinset, millimeter block dan alat tulis.
Bahan-bahan yang di gunakan adalah Rachoporus renwardtii, Rana calconata, Polypedates leucomistax, Bufo asper, Bufo melanosticus.
                                                                          B. Metode                                      
            Metode yang dilakukandalampraktikumantara lain:
A.    Pengamatan Spesimen Berudu
1.      Menyiapkan mikroskop stereo dan cawan petri.
2.      Berudu dikeluarkan dari botol dengan pinset secara hati-hati, kemudian diletakkan pada cawan petri.
3.      Mengamati berudu dengan mikroskop stereo dan difoto (jika perlu).
4.      Informasi dicatat pada buku dan dicocokkan pada kunci identifikasi yang ada.
B.     Pengamatan Spesimen Ordo Anura
1.      Spesimen katak diletakkan pada kertas millimeter, kemudian diambil beberapa foto (dorsal, ventral).
2.      Spesimen diukur SVL dan diamati beberapa karakter, antara lain: postur tubuh, corak warna, (specimen hidup), karakter kepala, tungkai jari.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 1. Data morfometri berudu dari akuarium
Keterangan
Ukuran
BH (Maximum body height)
0,6 cm
BW (Maximum body weight)
0,9 cm
DPG (Length in transversal plan of dorsal papillae)
-
ED (Maximum eye diameter)
0,2 cm
HT (Maximum tail height)
0,8 cm
LF (Maximum height of lower tail fin)
0,4 cm
UF (Maximum height of upper tail fin)
0,3 cm
TL (Total length)
4,2 cm
SVL (Snout-vent length)
1,8 cm
VT (distance from opening of vent-tip of tail)
2,4 cm
SS (distance from tip of snout-opening of spiracle)
0,8 cm
SU (distance from tip of snout-insertion of upper tail fin)
1,5 cm
NN (Internarial distance )
0,3 cm
NP (naro-pupillar distance)
0,4 cm
PP (Interpupillar distance)
0,6 cm
RN (Rostro-narial distance)
0,2 cm
Deskripsi berudu:
Tipe mata           : Mata di bagian lateral
Tipe ekor            : Saddied
Tipe vent            : Dextral vent
Ekor                   : Pipih berselaput
Tipe spirakel       : Sinistral (di sebelah kiri tubuh)
Warna                 : Kecoklatan
Ukuran                           : Kecil
Rumus geligi      : I + 3-3 / III
Kerahrak paruh  : Lebar
Tipe paruh          : Medium
Pelebaran paruh : Marginal
Bentuk tepi mulut: Emarginate

B. Pembahasan
 
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan :   Animalia
Filum      :   Chordata
Kelas       :   Amphibia
Ordo        :  Anura
Famili      :  Rhacophoridae
Genus      :  Rhacophorus;
Spesies    :  Rhacophorus reinwardtii;
Katak ini merupakan katak pohon berukuran kecil sampai sedang yang berwarna hijau dngan sebagian samping, bagian bawah, kaki depan dan kaki belakang berwarna kuning sampai jingga. Tekstur kulit umumnya halus dan mengkilat. Jari kaki depan dan belakang berselaput dengan ujung jarinya membesar.
Polypedates leucomystax
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan  :   Animalia
Filum       :   Chordata
Kelas       :   Amphibia
Ordo        :   Anura
Famili      :  Rhacophoridae
Genus      :  Polypedates (Tschudi, 1838)
Spesies    :  Polypedates leucomystax
Bufo asper umumnya berwarna gelap hijau, hitam atau cokelat, dan sangat tertutup tuberkel. Kodok buduk sungai ini bisa tumbuh hingga panjang lebih dari 8,5inci (22 cm). Kadang-kadang disebut sebagai Toad Sungai, adalah kodok besar asli Asia Tenggara. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain selain toad sungai yaitu kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Klasifikasi dari Bufo asper ini adalah :
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Bufonidae
Genus                          : Bufo
Spesies                        : Bufo asper, Gravenhorst, 1829
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan yaitu sebagai berikut : deskripsi bagian tubuhnya yaitu kepala berwarna coklat, bentuk kepala meruncing, kelenjer paratoid oval, tympanum berbentuk bulat hitam, punggung hitam berbintil memiliki tuberkel halus, paha hitam berbintil tidak memiliki ekstremitas, perut tidak buncit, tidak ada dorsolateral fold, procesus odontoid dan scapular marking, terdapat 4 phalanges tutupan selaput renang.
Menurut Iskandar (1998), Bufo asper mempunyai ciri badan besar dan gemuk, supraorbitalnya sedikit lebih besar dan berhubungan dengan bagian tengah subtympani dengan tympanum jelas dan paratiroid sangat menonjol  yang sesuai dengan literature.
Menurut Van Kampen (1923), bahwa habitat Bufo asper umumnya dijumpai sepanjang sungai yang lebar sampai anak sungai dengan lebar 2 meter. Bahkan dijumpai di sekitar air terjun, hidup dari hutan skunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai pegunungan.Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa.Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur.
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman.Sisi bawah berbintik hitam.Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki (Iskandar,1998)
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas.Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan;kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama.
Berikut ini adalah klasifikasi dari  Rana chalconota:
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Subpilum                     : Vertebrata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Ranidae
Genus                          : Rana
Spesies                        : Rana chalconota  (Zipcodezoo, 2009)
Katak berukuran kecil sampai sedang. Kaki panjang dan ramping. Jari kaki berselaput penuh sampai ke ujung dan paha bagian bawah berwarna kemerahan. Bibir berwarna putih. Kulit biasanya berwarna abu-abu kehijauan sampai coklat kekuningan. Tekstur kulit relatif tertutup oleh bintil-bintil yang sangat halus.
Bufo melanostictus (Kodok puru)



      
      Kodok puru (Bufo melanostictus) adalah spesies kodok yang umum di Asia Selatan.Spesies tumbuh hampir 20 cm. Keturunan spesies selama musim hujan dan kecebong hitam.Kodok muda dapat dilihat dalam jumlah besar setelah musim hujan.Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.       
          Klasifikasi dari Bufo melanostictus ini adalah :
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Subpilum                     : Vertebrata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Bufonidae
Genus                          : Bufo
Spesies                        : Bufo melanostictus, Schneider, 1799.
          Dari praktikum yang telah dilakukan untuk deskripsi bagian tubuhnya yaitu kepala berwarna coklat, bentuk pada kepala tumpul, kelenjer paratoid bentuknya sedikit melonjong, tympanum berbentuk oval, punggung memiliki tuberkel kasar, perut buncit, tutupan selaput renang memiliki 4 phalanges, tidak memiliki dorsolateral fold, processus odontoid, ekstremitas pada paha dan scapular marking.
         Menurut Iskandar (1998), kodok ini mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal.Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.
         Iskandar (1998) menyatakan nama lokal untuk spesies ini adalah kodok puru, penamaan tersebut berdasarkan adanya benjolan-benjolan hitam yang tersebar di bagian atas tubuh. Habitat dari kodok ini selalu dekat hunian manusia , tidak terdapat di hutan hujan tropis atau hutan primer. Persebarannya di kawasan Ekosistem Leuser, Aceh singkil, Medan, Belawan, Bukit Lawang, Langkat, Jawa, Kalimantan, Gunung Batak, dan Cina Selatan sampai Semenanjung Malaka dan Pilipina.
        Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar.Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman.Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman.Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar.Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan (Anonimous, 2011).
         Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah.Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh.Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama.Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorek-orek-orek-orekk !riuh rendah (Anonimous, 2011).
          Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam.Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina (Anonimous, 2010).
        Nampaknya kodok ini memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia.Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia.Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kelompok ordo Anura berupa bangsa katak diantaranya Polypedates leucomystax Rhacophorus reinwardtii dan Rana chalconota, sedangkan bangsa kodok meliputi Bufo Asper dan Bufo melanosticus.
2.      Deskripsi berudu mata di bagian lateral, tipe ekor saddied, tipe vent dextral vent, ekor pipih berselaput, tipe spirakel sinistral (di sebelah kiri tubuh),  warna kecoklatan, ukuran  kecil, rumus geligi I + 3-3 / III , paruh  lebar, tipe paruh medium, pelebaran paruh marginal, bentuk tepi mulut emarginated.
DAFTAR REFERENSI
Anwar, Anik.1988. Ringkasan Biologi.Bandung : Ganeca exact bandung.
Dinesh, K.P ., C. Radhakrishnan, K.V . Gururaja and G . Bhatta.2009. An annotated checklist of Amphibia of Indiawith some insights into the patterns of speciesdiscoveries, distribution and endemism. Records of Zoological Survey of India, Occasional Paper. 1 (302).
Das, I and S. Dutta. 2006. New Species of  Polypedates (Anura: Rhacophoridae) from the  Western Ghats, Southwest India.  Journal of Herpetology. 40(2):214-220.

Hadi, S. 2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, seri Panduan Lapangan. Puslitbag Biologi-LIPI.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.
Mayr, Ernest. 1969. Principles Of Systematic Zoologi. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Van Kampen, P.N. 1923. The Amphibia of Indo-Australian Archipelao. Leiden.